Sesungguhnya
yang membuat matematika begitu sukar, karena justru ia benar-benar sederhana.
Pernah suatu waktu, aku
diminta menjadi pemateri pada acara pengenalan dunia kampus oleh Himpunan
Mahasiswa Matematika. Untuk sekiranya dapat menguatkan dan lebih memotivasi
kawan-kawan mahasiswa baru, yang baru saja mengenal dunia kampus dan dunia
matematika secara lebih khusus. Awalnya, sempat timbul kerisauan dalam benakku
ketika pertama kali dikabari hal ini. Karena tentu aku harus mampu mengemas
matematika sedemikian rupa, sehingga tidak lagi menjadi suatu ilmu yang
sifatnya membosankan, lantaran sudah sedari SD kita mempelajarinya. Namun
menjadi suatu ilmu yang humanis dan aplikatif.
***
Sore itu, kabel infokus
tertanam di netbookku, dan beberapa slide dengan tulisan “KEAJAIBAN MATEMATIKA” terpampang di hadapan hampir 100 mahasiswa
baru, yang nampaknya tatapan mereka sedari tadi telah memburuku.
“Percaya atau tidak
percaya, matematika itu begitu sederhana”, kalimat itu ternyata menjadi kalimat
jitu, sebelum akhirnya aku membawa setiap mahasiswa baru menjelajahi keajaiban-keajaiban
matematika melalui kesederhanaannya.
Dua orang mahasiswa aku
minta untuk saling berjabat tangan. Lalu aku meminta seorang lagi bergabung
diantara mereka, hingga akhirnya 3 buah jabat tangan terjadi. Aku meminta
seorang lagi bergabung, dan kali ini 6 jabat tangan terjadi. Aku tambahkan lagi
satu diantara mereka, hingga akhirnya 10 jabat tangan terjadi, sampai tujuh
orang saling berkumpul, dan terjadilah sebanyak 28 jabat tangan. Dari proses
itu munculah sebuah deret bilangan; 1, 3, 6, 10, 15, 21, 28, dst. Itulah yang
akhirnya yang aku sebut dengan bilangan segitiga. Bayangkan selisihnya! 2, 3, 4, 5, 6, 7, dst.
Sebuah deret bilangan sederhana bukan? Lalu aku meminta lagi untuk membayangkan
salah satu angka dari sekian banyak angka, maka percayalah angka tersebut
adalah hasil jumlah dari dua atau tiga buah angka segitiga. 21=15+6; 28=
1+6+21. Tidak cukup sampai disitu. Aku meminta setiap orang menambahkan
masing-masing bilangan segitiga pada bilangan dibelakangnya, maka munculah
deret bilangan; 4, 9, 16, 25, 36, 49, dst. Deret bilangan itulah yang sampai
sekarang kita kenal dengan bilangan berpangkat; 22, 32, 42,
52, 62, 72, dst. Uniknya semua itu hanya berawal
dari angka 1, karena rahasia kesederhanaan matematika terletak pada angka 1,
yang mampu menciptakan angka 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dst, melalui penjumlahan
dirinya sendiri hingga akhirnya kita mengenal keterhinggaan bilangan, dan juga kita
bisa mengenal bilangan cacah, bilangan genap, bilangan ganjil, bilangan prima,
bilangan fibonachi, bilangan rasional, bilangan irasional, bilangan pecahan,
bilangan desimal, ataupun bilangan berpangkat.
sedikitnya hal tersebut
yang aku paparkan sore itu. Memahami matematika, sama saja halnya memahami diri
sendiri yang begitu dekat namun terkadang sulit untuk dipahami. Karena sesungguhnya
matematika itu ada, untuk menjawab setiap persoalan yang terjadi di kehidupan
sehari-hari.
Masih sukarkah
matematika bagi anda?
0 komentar:
Posting Komentar