Pages

Labels

new posting

Rabu, 22 Februari 2012

DIA SEMAKIN CANTIK, SAYANG MUDAH MENANGIS


28/03/2011, kampus dan masih ketika aku bersamanya.
Catatan:
Untuk dia yang menjadi cantik: jika kau kini telah berubah, aku begitu menyukainya. Namun, jika kau kerap menangis dan semua itu ulahku, maafkanlah!
Tampilan macho sepertinya tidak akan selalu bisa menjamin dia bersikap “liar dan garang”. Hitam pekat menjadi dominasi warna kesukaan dia semenjak dia ada, hal itu pun senantiasa dibuktikan oleh ikon yang senantiasa menjadi identitasnya di kalangan orang banyak, tetap di banjiri warna hitam.
Memang, lalu ia tak begitu pandai bersolek, tidak seperti belakangan ini. Kiranya sudah satu bulan terakhir begitu. Pernah sempat kucari apa penyebabnya, tapi hingga saat ini meskipun banyak toko-toko parfum kudatangi —karena aku pikir dia sudah mulai memakai parfum— nampaknya tetap saja bukan alasan itu dia begitu cantik seperti sekarang. Mungkin sebenarnya memang bukan itu alasannya.
Setelah bersamanya kurang lebih satu tahun, melihatnya yang lambat laun telah berubah. Sejujurnya menimbulkan rasa haru dan bangga. Buktinya saja sudah beberapa orang yang mengirimkan sms kepadaku belakangan ini, hanya untuk bertanya tentangnya. Bahkan ada yang rela jauh-jauh datang dan menyempatkan waktu sibuknya hanya demi melihat dan menemuinya secara langsung, biar lebih kenal katanya. Sempat pula seseorang di malam yang semakin larut bertanya padaku, apakah aku masih dengannya?
Rupanya sudah seperti artis baru dia, yang kerap bernyayi tentang nama-nama yang diakhiri kata udin, yang kini wajah imut penyanyinya akrab menghiasi layar kaca pertelevisian kita. Memahaminya yang semakin cantik terkadang membuatku setengah gila. Terang saja selain kini dia begitu digandrungi banyak orang, entah mengapa dia begitu menjadi teramat sensitif. Apakah ini yang dikatakan sebuah perubahan, dampak dari sebuah sebab, sebab yang ditimbulkan karena dia tampil cantik seperti saat ini? Apakah ini pula yang dirasai si cantik temanku sesosok manusia sempurna yang dikaruniai perasaan yang begitu halus, lembut, namun begitu perasa. Ah memikirkannya beberapa hari ini memang membuatku gila, bukan lagi setengah gila. Tetapi apa dikata, tetap saja aku menemui dia yang membuatku gila.
***
“Sayangku yang semakin cantik, waktu sudah terlanjur mempertemukan kita pada senja. Jika boleh aku berkata, kini waktu pula yang mempertemukanku pada hamparan luas hatimu yang tak sedikitpun bisa aku tapaki, ketika kau tampil cantik, entah apa sebabnya? Ketika kau menangis dalam gelap lorong anak tangga, entah apa pula sebabnya? Sungguh .......”
merek � l l ��" ��# i akan bertemu kelak di muara sungai karena sebuah ikatan persahabatan.
***
Kisah persahabatan memang selalu bisa menyaingi kisah percintaan, meskipun kisahnya tidak sehebat kisah Jack dan Rose Dawson dalam film Titanic, ataupun kisah roman Romeo dan Juliet. Cerita persahabatan selalu menjadi inspirasi banyak orang, termasuk aku yang saat ini tengah membuka lembaran foto-foto mereka. Sampai pada lembar cover belakang aku tengah sadar, bukan dokument ini yang aku butuhkan untuk menyelesaikan tulisanku itu, tetapi kalian semua kawan. Cerita tentang kisah perjuangan kita, bau lumpur yang selama beberapa hari melekat di tubuh, biji-biji mangrove yang kita petik bersama, patokan tali rapia yang kita tancapkan di petakan tanah berlumpur, dan kaki salah seorang kawan yang sempat terluka karena terjatuh di dalam parit.
Jikalau saat ini kisa terpisah dengan perjuangan menggapai mimpi kita masing-masing, aku bangga dengan kalian. Dan akan aku tuliskan disebuah batu karang yang terjal “kita semua sahabat”.

Catatan:
Tulisan ini aku persembahkan atas rindu kepada segenap kawan matematika angkatan 2008 Untirta, terlebih khusus linda, arina, hanna filen, fikri hasan, rafiudin, aditya pratama, neng intan, rofiroh, entin sholihah, fauzul imam, M agus susenda, dan kawan-kawan lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar